Latest Releases

Senin, 05 Desember 2016

Kajian Sosiologi : "Sunmor" sebagai Ruang Publik (?)

Novarisma Dee - Tinggal di Jogja? Pasti pernah mendengar Sunmor UGM, atau justru sering datang dan memadati bahkan menjadi pelanggan setia sunmor UGM. Sunmor adalah sebuah singkatan yang memiliki arti "sunday" "morning" atau dalam bahasa indonesia minggu pagi. Sunmor UGM adalah istilah untuk pasar minggu pagi di sekitar UGM, yaitu di sepanjang jalan lembah UGM sampai pada perempatan Sagan. Pada minggu pagi kawasan ini ditutup untuk kendaraan umum dan disulap menjadi area jual-beli masyarakat. Parkir pun padat merayap, masyarakat berkumpul memenuhi kawasan lembah dan penjual pun tumpah memadati ruas jalan. Sunmor mulai dibanjiri pengunjung dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Hal ini terus berlangsung setiap hari minggu. Demikian sebaliknya, kendaraan umum terpaksa tidak dapat melewati kawasan ini, karena kawasan ini ditutup, terlebih kendaraan mobil akan sulit melewati kawasan ini.

Sudut sunmor UGM

Jika jalan merupakan ruang publik, dimana letak ruang publik pada sunmor ?

Kali ini kita akan membahas ruang publik pada sunmor UGM. Apa yang dimaksud ruang publik? Ruang publik secara fungsi berarti ruang yang mampu dinikmati atau dimanfaatkan oleh semua orang, karena dalam ruang publik terdapat kepentingan umum, dan bukan lagi kepentingan kelompok atau pun kepentingan pribadi, contoh: jalan raya, taman, sekolah dimana banyak kepentingan umum di dalamnya. Demikian pula sebaliknya, ruang privasi adalah ruang internal yang hanya untuk kepentingan pribadi dan untuk memenuhi tujuan pribadi, contoh : rumah, apartemen, dsb. Sekarang pertanyaannya :

Apakah taman ruang publik ? iya, taman adalah ruang publik
Apakah reuni kelas di taman adalah kegiatan ruang publik? reuni kelas adalah privasi dan taman tetap ruang publik. Jadi jawabannya, kegiatan privasi di ruang publik. Dan taman menjadi Ruang Privasi untuk kelompok kelas yang melakukan reuni.
Demikian pula sebaliknya,
Apakah rumah ruang privasi? iyaa, rumah adalah rumah privasApakah rumah dengan acara perayaan 17 Agustus adalah kegiatan privasi? Rumah adalah privasi dan perayaan 17 Agustus adalah kegiatan ruang publik. Jadi Jawabannya, Kegiatan publik di ruang privasi. Dan rumah merupakan Ruang Publik dalam Perayaan 17 Agustus
Demikian pula dalam kegiatan sunmor UGM.
Jalan lembah adalah ruang publik, dan kegiatan jual-beli adalah kegiatan kelompok tertentu, kelompok penjual dan kelompok pembeli. Jadi Sunmor adalah ruang publik yang telah terprivasi oleh kelompok tertentu. Tetap menjadi ruang publik namun memiliki pembatasan fungsi.
Jadi ruang publik secara fisik tetap menjadi ruang publik, namun, fungsi ruang publik mampu berubah menjadi ruang privasi, ketika terdapat pergantian fungsi. Dari pembahasan ini, secara fisik sunmor adalah sebuah ruas jalan yang merupakan ruang publik, namun ketika menjadi sunmor yaitu hari minggu pagi mulai pukul 06.00-12.00 kawasan ini menjadi ruang privasi untuk kelompok tertentu, dan bukan lagi kawasan yang setiap kendaraan bebas berlalu lalang, kawasan yang tertib dengan tarif parkir dan sebagainya. Kepentingan ini pun akan hilang ketika lebih dari jam 12.00 dan kembali menjadi ruang publik yang menjadi jalan setiap kendaraan. Jadi sudah paham yaa, apa perbedaan ruang publik dan ruang privasi, perbedaannya ada pada fungsinya, bukan pada fisik. (06/12/16)


Read »

Kajian Sosiologi : Esensi dan Efisiensi

Novarisma Dee - Zaman sudah mulai berubah, teknologi merubah masyarakat menjadi masyarakat yang konsumtif dan selaras dengan usaha untuk produktif. Kreatifitas mulai bermunculan mengimbangi kemajuan zaman. Masyarakat memiliki daya beli yang tinggi dan dari kalangan produsen pun mengimbangi dengan memunculkan beragam variasi produk, mulai dari produk seni, makanan, kreatifitas, fashion dan lain sebagainya. Setuju gak?? Saking banyaknya variasi produk, masyarakat pun ikut bingung "Mana Kebutuhan dan Mana Keinginan", dari sinilah tanpa disadari masyarakat menjadi lebih konsumtif. 

Namun kali ini kita tidak ingin membahas prilaku konsumtif, namun hasil dari prilaku konsumtif dan produktif yang dialami masyarakat. Masyarakat modern dengan gaya hidup konsumtif dan gaya hidup produktif yang tinggi melihat segala sesuatu dengan nilai, dan bukan lagi pada fungsi. Sebagai contoh :

KISAH BOS MARTABAK

Ia memiliki outlet martabak yang ramai pengunjung. Dengan aroma yang menggoda, ia mampu menarik para pelanggan untuk membeli martabaknya. Ntah para pembeli menjadikan martabak sebagai cemilan malam, atau pengganjal perut yang keroncongan atau sekedar oleh-oleh setelah menyusuri kota, bahasa anak remaja ngedate lah. Namun, berdasarkan pengalaman, makan martabak juga tetap makan nasi bukan?

Setelah ramai pelanggan, bos martabak pun melakukan inovasi, dengan menambah topping atau menambah rasa, atau dengan menambah menu, hingga berkembang dan membuka cabang. Sudah pasti ini membuat para pelanggan bingung, martabak apa yang akan dibeli. Akhirnya, pembeli membeli beberapa varian martabak. Alhamdulillah... keuntungan pun semakin bertambah.

Semakin bertambah keuntungan, para pelanggan pun tidak dipungkiri dari berbagai kalangan. Bisa jadi dari kalangan menengah ke atas pun ikut menikmati rasa martabak yang melegenda. Pemikiran pun mulai berubah, ketika berkumpul dengan kalangan menengah ke atas, dimana kalangan elite maka ia pun merubah penampilannya. Tanpa disadari apa yang ia kenakan menyesuaikan dengan siapa ia bertemu. Bukan lagi pada fungsi, namun yang dipikirkan, pantas gak bergaya seperti ini? (cerita hanya fiksi belaka)

ANALISIS 

Hal ini merupakan perkembangan masyarakat yang baik, masyarakat tetap berinovasi dan memajukan pasar nasional. Pasar seperti makanan tradisional dan makanan lokal belum banyak mendapat sentuhan dan tanggapan baik dari masyarakat sendiri. Selama ini pasar yang berkembang justru pasar dengan sentuhan modern yang mengarah pada produk luar negeri. Jadi, ikut berbangga ketika produk lokal telah mendapat sentuhan inovasi, karena selain memajukan pasar nasional juga mampu membantu ekonomi masyarakat.

Perubahan pada ekonomi dibuktikan dengan semakin meningkatnya penghasilan seseorang, dari cerita di atas diketahui bahwa bos martabak mampu mengembangkan usahanya, dan membuka cabang, hal ini dapat diartikan bahwa penghasilan bos martabak semakin meningkatnya. Dengan penghasilan yang semakin meningkat, maka kebutuhan keluarga pun dapat terpenuhi dan mampu menjadi keluarga sejahtera secara ekonomi. Dari berubahnya tingkat ekonomi seseorang, maka mampu merubah status seseorang dalam masyarakat. Bos martabak yang semula hanya berinteraksi dengan masyarakat menengah ke bawah, kini memiliki jaringan yang luas dan berinteraksi dengan berbagai kalangan masyarakat.

Hal ini mampu merubah masyarakat yang dulunya hanya memikirkan kebutuhan keluarga, sekarang bertambah dengan memikirkan kebutuhan performance ketika harus bertatap dengan kalangan menengah ke atas. Kalau berurusan dengan penampilan, banyak hal yang berubah dari fungsi ke tataran nilai atau gengsi. Masyarakat berubah gaya hidupnya maka berubah pula cara menilai suatu barang. Dulu tidak masalah dengan kaos oblong, sekarang harus berfikir keras bagaimana memantaskan diri ketika diwawancarai oleh media, berkumpul dengan pengusaha berkelas lainnya, mendapat penghargaan usaha oleh pemerintah dan lain sebagainya. Dimana kegiatan tersebut menjadikan seseorang berubah cara pandang terhadap nilai suatu barang. Dulu belanja pakaian di pasar, sekarang menjadi belanja pakaian bermerk di distro dan sebagainya.

Karena inilah realitanya, masyarakat pun menilai kepantasan dari pakaian yang dikenakan. Sehingga produk masyarakat berawal dari konstruksi masyarakat. Masyarakat yang menilai, memproduksi dan akhirnya melanggengkan. Hal ini terus diproduksi dan dipelajari oleh masyarakat, dan akhirnya membentuk masyarakat yang lebih mementingkan esensi dari pada efisiensi. Maka, hal yang perlu diantisipasi adalah memilah-milah mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya keinginan. Sehingga, esensi dan efisiensi pun tetap berdasarkan kebutuhan. Jangan pula melihat pada esensi semata, namun juga sesuai kebutuhan. Mayarakat sebagai penonton pun jangan mudah menilai hal tersebut sebagai esensi, karena kita tidak pernah tau, esensi yang juga merupakan kebutuhan kaum elite, karena hal tersebut subjektif. Menjadi konsumen yang baik dan menjadi penonton yang baik. (06/12/16).


Gambar : Ilustrasi gaya hidup konsumtif

Read »

Kamis, 24 November 2016

Ucapan Santun : Trik Tinggal di Jogja

Yogya - Masih dari kota yang sama, Kota Jogja dengan segudang rasa. Bagi kalian yang pernah tinggal di Jogja atau hanya singgah di Kota Jogja, pasti hanyut dalam kenangan suasana klasik nan romantis Jogja. Terimakasih masih mengirimkan rindu untuk Jogja, masih berharap untuk kembali ke Jogja, dan tetap mengenang indah sudut Kota Jogja.

Jogja kota budaya, menghormati tata krama dan adat jawa, kau mampu mengambil pelajaran darinya, pelajaran bertata krama dan unggah-ungguh berbahasa. Hmmm... Seperti ini misalnya :

"Ketika bertegur sapa, berikan senyum manis dan mengucap monggo untuk kalangan yang lebih tua. "
"Menawarkan bantuan pada teman dan orang tua." 
"Tidak melawan dan tidak menyela pembicaraan, tetap santun, menatap lawan bicara tanpa ada perlawanan. "
"Mengucap matur suwun, sebagai ucapan terimakasih atas jasa apapun."
"Hargai sekecil apapun lawan bicaramu, dengan rangkulan jika lebih tua, ucapan terimakasih, dan tawaran hal yang serupa." 

Sungguh manis kan adat kota Jogja. Intinya harus tulus melakukannya. (dee)

Dokumen pribadi || lokasi : Keraton Yogyakarta 
Read »

Jumat, 27 November 2015

Kajian Sosiologi: Mendidik Anak Bukan dengan Caci-Maki, tapi dengan Motivasi


Anak usia dini di Kab. Ciamis 

Taman Sosiologi- "Haii Malika", begitu sapaan seorang anak kecil yang duduk manis di pojok taman. Dia murung, pandangan kosong dan nampak memainkan jemarinya. Ibu Gurunya mengulang sapaannya, namun, tidak ada respon balik dari Malika. 

"Malika kenapa?" 
begitu tanya ibu Guru mendekati Malika sambil menyentuh lembut bahunya. 

Tidak ada jawaban penuh pasti, hanya berdehem, "Heemm..." 
saut Malika sambil menggelengkan kepalanya dan berlari. 

Ibu Gurunya memahami betul bagaimana latar belakang keluarga Malika. Seolah memaklumi apa yang menjadi kebiasaan Malika. Malika adalah anak berusia empat tahun yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Dulunya ia adalah anak periang dan penuh semangat, dan sekarang ia tidak lagi memiliki keberanian untuk bermain dengan temannya, pendiam, dan penakut. Jika dilihat dari lingkungan keluarganya, Malika adalah anak dari keluarga sederhana dan berkecukupan, namun, orang tuanya mendidik dengan keras. Omelan hampir setiap waktu dilontarkan, dengan bahasa yang keras. Pernah suatu hari, orang tua Malika menyuruh membelikan bawang dan cabe, namun, karena Malika lupa, ia membeli apa yang ia ingat dan sebagian dibelikan jajan karena temannya yang lebih dulu membeli jajan membuatnya ingin membeli makanan yang sama.

"Loh.. kok gak dibeli bawangnya? kok malah beli jajan!" geram Ibunya sambil mengambil makanan  yang sebagian sudah dimakan oleh Malika. 

Teman-teman yang ada di luar rumahnya mengetahui kejadian ini, dan membuatnya acuh. Malika bergabung dan bermain kembali dengan temannya. Namun, tidak dengan jiwa yang sama. Ini adalah sanksi sosial yang akan dibawa sang anak sampai besar, bahkan akan tetap teringat di dalam memorinya. Menjadi pribadi yang penakut, tidak percaya diri, bahkan menyendiri akan lebih baik, inilah yang banyak melekat. Karena anak dibesarkan dengan perkataan:

"Jika ia dibesarkan dengan caci-maki, maka ia akan besar dengan ketakutan"
"Jika ia dibesarkan dengan motivasi, maka ia akan besar dengan percaya diri"
"Jika ia dibesarkan dengan kasih sayang, maka ia akan menemukan cinta sejati" 
(Chandra, Disdik Ciamis

Secara sosiologis, sang anak mengalami kekerasan verbal, yaitu dengan perkataan yang kasar dan keras oleh orang tuanya. Kekerasan verbal yang didengar setiap saat, mampu mempengaruhi psikis anak dan menjadi anak yang pendiam, kurang percaya diri dan penakut. Jika anak mengalami hal seperti ini akan berdampak ke psikis, yang akan sulit hilang dari jiwa anak, kecuali anak memiliki kekuatan dan didukung oleh lingkungan untuk berubah.

Hal yang dapat dilakukan adalah, Pertama, peran keluarga, keluarga memiliki peran penting dalam pendidikan anak, jika hal ini sudah terlanjur terjadi, maka rubah cara mendidik anak, dengan memberi motivasi dan wadah untuk berekspresi, sesekali jika anak melakukan kesalahan menjadi tanggung jawab keluarga untuk dilakukan pembenaran, namun, bukan dengan kekerasan pada anak. Beri tanggungjawab, untuk melatih keberanian pada anak. Kedua adalah perkenalkan anak dengan lingkungan yang lebih luas, teman yang lebih banyak, sehingga ia mengenal banyak teman, seperti, teman mengaji, teman kursus, teman di taman bermain dan sebagainya. 

Keluarga dan lingkungan bermain anak memiliki peran yang besar dalam membentuk kepribadian anak. Interaksi antar satu orang ke orang lain harus diajarkan sejak kecil, untuk melatih kepercayaan diri anak. Sudah banyak korban kekerasan pada anak yang berakhir dengan kenakalan pada anak ketika telah beranjak dewasa. Sehingga hal kecil ini perlu disadari sejak kecil. Karena anak memiliki kerentanan untuk menjadi korban abuse, yang sering kali tidak disadari oleh orang tuanya dan lingkungannya.

*nama dan alur cerita adalah rekayasa, dan cerita diambil dari pengamatan kebanyakan yang terjadi di masyarakat.
Read »

Rabu, 25 November 2015

Siapa yang Tahu, Apa sih yang Dipelajari dalam Sosiologi?



Berkumpul dengan teman sebagai bentuk interaksi 


Taman SosiologiSosiologi, what’s mean of Sociology? Socio, society diartikan sebagai masyarakat, dan logy, logos diartikan sebagai science atau ilmu pengetahuan. Sehingga, secara bahasa, Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat. Kebayang gak kalau kita belajar memahami masyarakat, atau masih bingung? Okay kita kembali ke definisi, masyarakat itu apa sih? Apakah orangnya? Ataukah lingkungan dan daerahnya? Jawabannya adalah, masyarakat bukan orangnya dan juga bukan daerahnya, namun, interaksi dan perilaku antara satu orang dengan orang lain, dan akhirnya terintegrasi dalam sebuah kelompok atau komunitas itulah yang disebut masyarakat. Dan inilah pokok bahasan Sosiologi, mempelajari masyarakat dan segala problematika dan fenomena di dalamnya. Jika hanya mempelajari individu dan perkembangannya, itu disebut Psikologi. Dan jika mempelajari daerahnya itu akan merujuk ke Geografi.

Okay sudah jelas kan apa yang akan dipelajari selama memilih Jurusan Sosiologi, karena Sosiologi ini ilmu sosial masyarakat, semua pokok bahasan akan kembali ke masyarakat, dan objek yang akan diteliti adalah interaksi dalam masyarakat. Kali ini kita akan mengkaji lebih dalam point-point yang dipelajari dalam Sosiologi. Mungkin antara lembaga pendidikan satu dengan yang lainnya menghasilkan point dan mata kuliah dengan nama yang berbeda, namun, pada intinya memiliki pokok pembahasan yang sama. Pokok pembahasan dalam belajar Sosiolog sebagai berikuti:

1.      Interaksi Sosial
Interaksi sosial ini akan mempelajari interaksi sosial, mulai dari interpersonal interaction, yaitu interaksi dengan diri sendiri sampai pada eksternal interaction yang berarti interaksi dengan masyarakat luar. Menjaga hubungan, berkomunikasi dengan masyarakat sampai cara mendekati masyarakat dan beradaptasi pun akan dibahas disini.

2.      Struktur Sosial
Sosiologi juga mempelajari struktur sosial, karena masyarakat yang terorganisir tidak lepas dari struktur. Dan struktur juga berpengaruh pada masyarakat. Selain struktur, juga akan membahas kasta yang pada level ini sudah melekat pada masyarakat.

3.      Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial yang akan dibahas, mencangkup mobilitas horizontal dan vertikal, dan dikaitkan dengan usaha menaikkan status dan peran.

4.      Norma, Etika dan Moral
Masyarakat juga tidak lepas dari norma, etika dan moral yang telah disepakati dalam masyarakat. Mereka hidup dengan value yang telah disepakati bersama.

5.      Pranata Sosial
Pranata sosial adalah lembaga-lembaga mulai dari yang terkecil sampai pada lembaga negara. Karena lembaga terkecil adalah keluarga, selanjutnya ada pranata agama, pendidikan, sosial, hukum, budaya, politik, kesehatan, ekonomi dan segala aspek dalam masyarakat. Pembahasan ini selanjutnya dipecah dalam pembahasan yang lebih praktis dan dijabarkan detail ke dalam sub-pembahasan yang lebih rinci.

6.      Kriminalitas dan Penyimpangan Sosial
Pokok bahasan ini juga tergolong pokok pembahasan besar yang selanjutnya dikaji dalam beberapa topik. Kriminalitas dan penyimpangan sosial, dapat terjadi karena lemahnya hukum dan dapat juga karena anomie masyarakat. Jenis penyimpangan pun banyak sekali, ada verbal, non-verbal, kekerasan fisik, kekerasan psikis, penyimpangan nilai, penyimpangan di birokrasi (white collar crime) dan penyimpangan masyarakat biasa (blue collar crime) dan tentunya masih banyak lagi yang dikaji dalam pembahasan yang lebih kritis.

7.      Studi Gender
Feminisme, perbedaan gender, perbandingan gender sampai konflik yang terjadi dalam ranah gender dibahas dalam studi gender.

8.      Perlindungan Anak
Perlindungan anak juga salah satu concern dalam ranah sosiologi, karena di dalamnya juga membahas abuse pada anak, diskriminasi anak, eksploitasi anak, yang kadang berasal dari syndrome anak superman dari orang tuanya.

9.      Kemiskinan dan Kesenjangan
Kemiskinan dan kesenjangan ini banyak menjadi daya tarik yang kuat dalam ranah Sosiologi. Kemiskinan natural karena alam yang tidak bisa menghasilkan, kemiskinan karena potensi sumber daya manusia yang kurang, kemiskinan karena daerah rural dan terpencil, kemiskinan karena respon negara yang kurang, dan sebagainya menjadi daya tarik untuk dibahas dan dikaji.

10.  Masalah Pedesaan dan Perkotaan
Masalah pedesaan dan tipologi orang di dalamnya, begitu pula masalah kota yang rumit dengan karakter orang di dalamnya. Dari pembahasan ini juga memunculkan pembahasan baru, seperti, masalah kependudukan, urbanisasi, masalah transportasi, masalah ketenagakerjaan, dan segala aspek yang muncul dari masalah di pedesaan dan di perkotaan.

11.  Industrialisasi, Globalisasi, Modernisasi dan Kapitalisme
Segala aspek yang berkaitan dengan modernisasi, baik perubahan sosial yang terjadi dan dampak modernisasi pada masyarakat. Dan dengan ini muncul program pembangunan masyarakat, pemberdayaan masyarakat yang mengatasnamakan birokrasi dan instansi yang tersaji dalam program CSR (Corporate Social Responsibility) dan juga muncul gerakan-gerakan buruh di ranah korporasi dan lain sebagainya.

12.  Media dan Representasi
Salah satu dampak dari modernisasi yang menjadikan media sebagai media untuk berkumpul dan merepresentasikan segala sesuatu. Media dan segala bentuk representasi di dalamnya, baik segi bahasa dan visual, spoken and written interaction, fisik dan non-fisik representasi, gerak-gerik gambar dan tingkah laku dan segala maksud yang tersirat dan tersurat semua dibahas dalam media representasi.

13.  Cultural Studies
Pada studi kultural ini membahas segala aspek yang berkaitan dengan budaya, budaya dalam masyarakat dari budaya klasik sampai budaya terkini atau Populer Culture.

14.  Teori Klasik sampai Teori Kontemporer
Teori ini juga dijadikan aspek penting dalam belajar Sosiologi, mulai dari Teori Sosiologi Klasik, Teori Sosiologi Modern, Teori Sosiologi Post Modern sampai Teori Kontemporer dibahas secara bertahap, karena ini menjadi landasan belajar sosiologi dan sebagai landasan mengerjakan thesis dan melalukan penelitian.

15.  Metode Penelitian Sosial
Sosiologi memang kuat di penelitian sosialnya, sehingga tidak salah jika bahasan metode penelitian ini banyak diberikan dalam beberapa sesi, mulai dari metode kuantitatif maupun metode kualitatif, statistik dan SPSS, bentuk metode partisipatory dalam penelitian dan rangkaian teknik penelitian, penelitian positivis, fenomenologi, kontruktifis, etnometodologi, kritis, diskursus dan sebagainya yang dikaji dan selanjutnya dianalisis menjadi hasil temuan data.

16.  Research dan Studi Lapangan
Penelitian dan studi lapangan banyak dijumpai di berbagai pembahasan pembelajaran di atas, misalnya mempelajari kemiskinan, selain tatap muka juga ada materi yang mengharuskan untuk dilakukan research dan terjun ke lapangan. Kuliah lapangan seperti ini dapat dijadikan modal dan bekal untuk penelitian tugas akhir atau thesis.


Mungkin ini pokok penting dalam belajar Sosiologi, dan mungkin ada satu dua pembahasan yang terlewat, yang pada intinya membahas issu sosial dalam masyarakat. Jika kita sudah tahu, apa yang dipelajari dalam Sosiologi, tentunya kita akan lebih jeli dalam melihat permasalahan di masyarakat, menjadi lebih kritis, tidak lagi pada level simpati, namun akan naik pada level empati. Dengan demikian, muncul pemikiran-pemikiran kritis untuk menciptakan perubahan dan pembangunan sosial setidaknya untuk diri sendiri dan selanjutnya untuk orang lain dan masyarakat luas.

Read »

Selasa, 24 November 2015

Apa sih yang Membuatmu Tertarik Belajar Sosiologi?


Taman Sosiologi- Ketertarikan ialah suatu rasa yang tidak butuh alasan untuk disampaikan dan juga tidak butuh argumen untuk dibantahkan. Semua alasan menjadi sah dan benar dan semua argumen akan dengan mudah terpatahkan, bukankah demikian? Pertanyaan menggelitik ketika kuliah perdana di Sosiologi, “Apa ketertarikanmu memilih Sosiologi?” haruskah kami beralasan, karena dunia ini sudah penuh dengan alasan yang tidak berlandaskan, ataupun alasan palsu untuk kedok pencitraan. Sudah waktunya kita bercermin, melihat kebenaran akan alasan sebuah pilihan.

Literatur Sosiologi : Koleksi Foto Risma

Ketika ketertarikan mengharuskan sebuah alasan, kita spontanitas mengungkapkan, inilah kejujuran  dan bukan kemunafikan. Sosiologi bagi Novarisma Dee merupakan suatu disiplin ilmu yang berjenjang. Memilih untuk melanjutkan jenjang pendidikan sama halnya dengan menambah ilmu dan pengalaman. Melanjutkan jenjang pendidikan bukanlah suatu kebetulan, semua butuh usaha dan perencanaan. Perencanaan ini mungkin menjadi pertanyaan, apakah Jogja? ataukah sosiologi? yang mampu menarik untuk kembali, atau mungkin keduanya? Karena pada hakekatnya, “Sosiologi mengajarkan kehidupan dan kedamaian dan Jogja menjadi Kota menarik untuk belajar kedamaian dan berpetualang”. Inilah sebuah alasan, yang tidak dapat dijelaskan lagi dengan alasan.

Sedangkan bagi Yustika Irfani, Sosiologi adalah ilmu yang dapat mengajarkan manusia untuk hidup lebih bijaksana dan kritis. Pada hakikatnya Sosiologi adalah ilmu yang kategoris, sebab “ Sosiologi mengkaji fenomena yang terjadi bukan apa yang seharusnya terjadi”. Melalui Sosiologi diasah sisi humanisme kita dalam melihat fenomena sosial di sekitar kita sehingga kita menjadi pribadi yang lebih kritis terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Ilmu yang mampu menginspirasi untuk bisa lebih peka terhadap lingkungan sosial masyarakat.

Berbeda pandangan dengan Yuliana Gap, beginilah cerita singkat kenapa memilih Sosiologi? Awal cerita ketika ditanya kenapa saya  memilih sosiologi, jawaban spontan keluar namun jawaban saat itu tidak seperti apa yang saya tulis ini. Saat itu saya menjawab ketertarikan saya karena saya sudah  jatuh cinta pada sosiologi. Sebenarnya jawaban spontan itu tidak terlalu tepat untuk menjawab pertanyaan, karena sebenarnya  ketertarikan saya  pada Sosiologi  baru muncul setelah saya menjalani perkuliahan dan saat memasuki semester ke dua  di kampus FISIP  Universitas Palangka Raya. Jadi, dapat saya katakan bahwa berkuliah dan mengambil jurusan Sosiologi merupakan sebuah rencana yang tidak matang, namun akhirnya saya merasa bahagia dan luar biasa ketika menjalaninya. Sebuah proses hidup yang luar biasa untuk saya ketika saya menerima kenyataan dengan kondisi dan banyak hal yang menurut saya saat itu memaksa saya untuk kuliah di jurusan Sosiologi karena jurusan Sosiologi sendiri merupakan pilihan ke lima dari empat pilihan jurusan utama yang saya piilih. Namun, seiring berjalannya waktu dan dengan ruang yang selalu dinamis saya akhirnya merasa “Sosiologi adalah pilihan yang tepat dan saya menemukan apa yang saya butuhkan untuk menjalani hidup”. Karena proses yang begitu berarti dalam menemukan sosiologi dan  menjalani kuliah di jurusan Sosiologi, mungkin itu sebabnya spontanitas saya menjawab “saya memilih sosiologi karena saya terlanjur cinta”, namun cinta saya pada sosiologi bukan cinta pada pandangan pertama, tapi cinta itu muncul setelah mengenalnya dan untungnya saya tidak mengenal pilihan yang salah. Sekarang melanjutkan  kuliah sosiologi di UGM adalah pilihan saya secara sadar.

Beberapa teman mungkin ramai berargumen dan beberapa masih bingung dengan alasan sebuah pilihan. Sosiologi adalah ilmu baru, kemunculannya pun dibilang masih muda. Berawal dari Reformasi Gereja, Revolusi Ilmu Pengetahuan, Revolusi Perancis dan Revolusi Industri yang menjadikan masyarakat mengalami krisis sosial dan memunculkan sosiolog untuk memecahkan suatu anomi masyarakat. Jadi, kepekaan sosial kita diunji untuk memecahkan problematika masyarakat. Inilah latar belakang munculnya Sosiologi.

Jadi tidak salah jika Sofa berargumen bahwa “Sosiologi adalah layaknya Ilmu Dukun”, dimana kita menerka, menebak, dan membaca tingkah laku masyarakat untuk menjadikannya sebuah diskusi pemecahan masalah. Kepekaan sosial dan sensitifitas sosial kita diuji layaknya dukun bertindak. Sehingga, Sosiologi menjadi ilmu yang menyenangkan, membahas topik dan masalah terkini dengan mengkaji melalui analisis sosial, diskursus, ataupun penelitian. Inilah ketertarikan mulai muncul, jadi tidak heran Sosiologi membuat kita mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, suasana baru dan teman baru. Semua hal yang baru menjadi tantangan dan menyenangkan.

Meskipun setiap harinya bergulat dengan literatur tebal, literatur bahasa asing, teori klasik sampai kotemporer, jurnal, hasil research dan literatur penunjang lainnya, literatur Sosiologi sesungguhnya adalah lingkungan dan masyarakat. Problematika sosial, norma, tingkah laku, interaksi sosial sampai pada hubungan antar pranata sosial selalu dikaji dan diteliti untuk keseimbangan dan keselarasan. Logika, rasio bahkan hal yang magis pun dibahas, untuk  melahirkan penemuan dan pemikiran-pemikiran baru pada masyarakat. Bukankah ini juga modal untuk kehidupan, tidak akan merugi kan belajar Sosiologi.


Read »

Senin, 23 November 2015

Taman Berbagi, Taman Mencari Inspirasi : "Taman Sosiologi"


Taman Sosiologi- Sebuah kota yang mempertemukan kita, sebuah kampus yang mempererat persahabatan kita dan di sebuah departemen kita tidak dapat dipisahkan. Tidak lain, kita dipertemukan di departemen Sosiologi, Universitas Gadjah Mada. Suatu hari, inilah pertemuan singkat kami, senyum kami tidak pernah hilang, mencoba beradaptasi dan saling mengenal. Inilah lingkungan baru, dan kita saling bergandengan, menatap masa depan, apakah kita perlu bersinergi? membuat gebrakan untuk masa depan?. Dan muncullah ide konyol, penuh canda gurau, dan penuh keseriusan. Inilah media kami, media untuk belajar, media untuk berbagi dan media investasi masa depan. Diskusi di taman inilah yang mencetuskan nama "Taman Sosiologi", taman tempat bermain, mencari hiburan, mencari inspirasi sampai pada mencari ilmu dan berdiskusi.

Kita bukan seorang penulis, namun, kita masih belajar untuk mengeja dan merangkai kata. Kita juga bukan sosialis, namun, keseharian kita disibukkan dengan issu sosial di masyarakat. Kita juga bukan sosiolog, namun, kita mencoba menganalisis dan mengamati masyarakat layaknya sosiolog. Kita hanya mahasiswa yang sok tahu dan ingin tahu mengenai issu dalam masyarakat. Mengajak berbagi dan saling bertukar ilmu pengetahuan, mengajak perdamaian dengan penuh kebahagian. Mengajak hidup berdampingan tanpa mempermasalahkan perbedaan.

Kami terdiri dari empat orang, firstly panggil aja dengan sebutan Mbak Sofa, asal dari Pati, Jawa Tengah. Penuh wawasan luas, suka berpendapat dan salah satu pembantu dalam penelitian sosial. Ia mengungkapkan bahwa "Belajar tidak harus di dalam kelas, karena di luar kelas, dan di masyarakat pun kita akan banyak belajar". Jadi, tidak perlu ada pembeda dalam pendidikan, karena selama dia masih hidup dalam masyarakat, sebenarnya dia juga masih belajar, dan disanalah ilmu dapat diperoleh, yang bahkan tidak dapat dienyam di dalam pendidikan formal.

Kedua, ia adalah seorang yang mencintai seni musik dan hiburan, panggil aja Mbak Yuli. Ia berasal dari Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Senyuman khasnya kadang memberi sinergi positif, mengajak untuk bersama dan mengajak lebih dekat. Dalam sebuah obrolan pernah ia sampaikan, "Mengisi waktu luang adalah waktunya membaca bacaan humanities dan kepribadian" . Selain hoby bernyanyi ia juga mengasah wawasan untuk mengerti orang lain, melalui perilaku dan kepribadian. So, lakukan segala sesuatu tanpa ada paksaan, mengalir layaknya air, dengan mengetahui koridor dan batasnya. Karena hidup ini penuh misteri jadi jangan pernah membuat lebih sulit, enjoy dan resapi setiap moment, mungkin inilah cara terbaik menikmati hidup.

Selanjutnya, Mbak Fany, asal dari Bantul Yogyakarta. Ia juga sibuk mengajar, pekerjaan mulia untuk ikut mendidik generasi bangsa. Dalam setiap senyumannya pun tidak ada paksaan, ramah dan murah senyum menyatu dengan jiwanya. "Mungkin tak seperti pendidik kebanyakan yang fokus di dalam kelas, karena ia juga mengajarkan pendidikan melalui media", sembari menonton video dan penelitian lapangan ungkapnya. Inilah pendidikan masa kini yang jauh lebih efektif dan merasap dalam ingatan siswa melalui media. Medialah wadah kita, medialah lingkungan baru kita. Gunakan media dan awasi penggunaannya!

Last but not less, panggil saja Mbak Risma, asal dari Ponorogo Jawa Timur. Ia juga banyak menyibukkan diri di kegiatan sosial, kegiatan pemberdayaan melalui suatu program yang ditempatkan di Jawa Barat. Bukan hal yang asing melakukan perjalanan, Jawa Barat - Jogja berasa dekat karena senyum kebahagiaan. Dia mengajarkan "Segala sesuatu berasal dari kebahagian, dan semua akan mudah karena kebahagiaan". Kebahagian tak semudah wacana, karena kebahagian datangnya dari jiwa, dipengaruhi oleh lingkungan dan teman, digoda oleh uang. Berjalanlah karena bahagia, berkaryalah karena bahagia, dan kelak menangislah karena bahagia.

Mungkin ini perkenalan singkat kami, perkenalan pembuka karena kita pemula. Singkat dan padat kata please enjoy this site, please learn this site, we open to make a discussion for improving this site. Let's share, let's learn !!

Quote of The Day : Koleksi Risma
Read »

Copyright © Taman Sosiologi

Designed by